Pada
rantai nilai produksi udang vaname, budidaya dimulai dengan pengadaan bahan
baku (benih, pakan, energi, obat dan lain-lain). Bibit/benur yang diperlukan 1
ha tambak sejumlah satu juta ekor dengan ukuran post larva (PL) 8 – PL 12.
Kebutuhan pakan sebesar 1,4 x jumlah produksi yang dihasilkan. Mayoritas dalam
1 ha tambak kurang lebih menghasilkan 20ton udang siap panen, sehingga pakan
yang dibutuhkan sebanyak 28 ton. Artinya untuk menghasilkan udang seberat 1 kg
dibutuhkan pakan sebanyak 1,4 kilogram. Saran produksi yang dibutuhkan meliputi
pompa, kincir dan plastik HDPE (High Density Polietylene). Mulai dari bibit dan
saprotan petambak mendapatkanya dari perusahaan-perusahaan Hatchery di
Situbondo, Bali dan Rembang. Induk perusahaan benur berada diluar negeri
sedangkan perusahaan-perusahaan lokal mengimpor bahan baku dari Amerika
Serikat. Sedangkan produsen-produsen sarana produksi tersebar di Jawa Timur,
meskipun terdapat juga sarana produksi yang diimpor dari Taiwan dan China
dimana saprotan tersebut telah memiliki standar mutu yang berbeda dengan lokal.
Benih
dan pakan yang belum tersedia didaerah Kabupaten Bintan, menyebabkan pembudidaya
harus melakukan pemesan di Jawa timur dan Bali untuk, sehingga kendala
ekspedisi terkadang menjadi penyebab terkendala kebutuhan produksi terkendala.